Perbedaan Cinta dan Nafsu Perbedaan Cinta dan Nafsu
Kriminal itu Jahat tapi Korupsi lebih Jahat Kriminal itu Jahat tapi Korupsi lebih Jahat
"Jangan bergerak! Uang ini semua milik Negara. Hidup Anda adalah milik Anda!" Semua orang di Bank tiarap. Hal ini disebut "Mind changing concept - Merubah cara berfikir"...
Ada nasabah yang sexy mencoba merayu perampok, tetapi malah membuat perampok marah, "Yang sopan Mbak..!! Kami ini perampok bank bukan pemerkosa!".
Hal ini disebut "being professional - bertindak professional". Fokus hanya pada pekerjaan sesuai prosedur yang diberikan.
Setelah selesai merampok bank, "Bang, sekarang kita hitung hasil rampokan kita."
Perampok tua menjawab, "Dasar bodoh. Uang yang kita rampok banyak, repot menghitungnya. Kita tunggu saja berita TV, pasti ada berita mengenai jumlah uang yang kita rampok."
Hal ini disebut "experience - pengalaman".
Sementara di bank yang dirampok, si Manajer bank berkata kepada Kepala Cabangnya untuk segera lapor ke Polisi. Tapi Kepala Cabang berkata, "Tunggu dulu, kita ambil dulu untuk kita bagi dua. Nanti totalnya kita laporkan sebagai uang yang dirampok."
Hal ini disebut "Swim with the tide - mengikuti arus". Mengubah situasi yang sulit menjadi keuntungan pribadi.
Kemudian Kepala Cabangnya berkata, "Alangkah indahnya jika terjadi perampokan tiap bulan."
Hal ini disebut "Kill boredom - menghilangkan kebosanan". Kebahagian pribadi jauh lebih penting dari pekerjaan anda.
Keesokan harinya, berita di TV melaporkan uang Rp. 100 Miliar dirampok dari bank. Perampok menghitung uang hasil rampokan dan perampok sangat murka, "Kita susah payah merampok cuma dapat Rp. 20 Miliar, orang-orang bank tanpa usaha malah dapat Rp. 80 Miliar..!"
Kriminal itu jahat dan Manajemen K0RUPT0R memang lebih jahat JADINYA!
Tes Dominasi Otak Kiri dan Otak Kanan Tes Dominasi Otak Kiri dan Otak Kanan
Tes Dominasi Otak Kiri dan Otak Kanan
Setiap manusia memiliki dominasi otak. Entah itu otak kiri atau otak kanan yang lebih mendominas i. Yang menarik adalah setiap dominasi otak memiliki pengaruh yang besar dalam karakter, perilaku, menarik kesimpulan , sampai membuat keputusan. Dalam garis besar orang yang didominasi otak kiri akan bersikap verbal, logis, linear, konkrit, terorientasi dengan waktu.
Sedangkan orang dengan dominasi otak kanan akan visual, intuitif, abstrak, global, terorientasi pada ide utama.
Bagaimana dengan anda? Otak manakah yang lebih mendominasi anda? Coba kita tes dengan kuesioner dibawah ini. Caranya mudah. Cukup jawab atau baca pernyataannya. Lalu lingkari jawaban yang menurut anda benar-benar mewakili anda.
1. Bagaimana cara anda membuat keputusan
a. Secara logis
b. Secara intuitif/perasaan
2. Yang mana yang lebih mudah diingat
a. Nama
b. Wajah
3. Ketika seseorang berbicara mana yang lebih anda perhatikan
a. Apa yang mereka katakan
b. Bahasa tubuh dan gerak-gerik mereka
4. Apakah anda sadar berapa jam waktu yang terlewat dan jam berapa sekarang
a. Ya
b. Tidak
5. Ketika mendengarkan musik, yang mana yang lebih mudah anda hafalkan
a. Lirik
b. Nada
6. Apakah anda seorang pengingat yang baik
a. Ya
b. Tidak
7. Saya tidak menyukai soal pilihan ganda
a. Ya
b. Tidak
8. Ketika harus mempelajari sebuah mata pelajaran atau bekerja maka saya akan
a. Duduk dan mengerjakannya sampai selesai
b. Mencari topik lain dan mengerjakannya secara acak
9. Mana yang lebih anda suka
a. Sesuatu yang detail dan spesifik tentang cara kerja sesuatu
b. Gambar yang besar, konsep dan teori
10. Saya sering bertanya tentang fakta apa yang harus saya ketahui
a. Ya
b. Tidak
11. Saya bisa mengerjakan banyak hal sekaligus
a. Tidak
b. Ya
12. Bagaimana cara anda mempersiapkan ujian
a. Dengan rencana belajar yang jelas dan terorganisir
b. Dengan belajar mata pelajaran secara acak dengan waktu yang berbeda-beda
13. Ketika membuat sesuatu, saya suka
a. Mengikuti instruksi dan cara yang telah tersedia
b. Membual model tersebut sesuai dengan keinginan dan kreasi saya
14. Saya tidak suka sesuatu yang dianggap umum
a. Ya
b. Tidak
15. Saya selalu memberikan jawaban langsung
a. Ya
b. Tidak
16. Ketika menulis laporan, maka saya akan
a. Mencari dan meneliti fakta-fakta, membuat panduan, dan menulisnya secara terorganisir
b. Membuat laporan tersebut sesui dengan yang saya ingingkan
17. Saya suka rutinitas
a. Ya
b. Tidak
18. Saya bisa melihat banyak alternatif dalam memecahkan sebuah permasalahan
a. Ya
b. Tidak
19. Saya tidak suka bekerja dalam kelompok
a. Ya
b. Tidak
20. Saya tidak suka jika tidak mengetahui tujuan atau arti jika mengerjakan sesuatu
a. Tidak
b. Ya
21. Saya bisa menerima berbagai macam orang
a. Tidak
b. Ya
22. Saya tidak suka jika opini disampaikan sebagai fakta
a. Ya
b. Tidak
23. Saya suka sesuatu tentang grafik, peta, garis waktu, yang menggunakan warna dan gambar
a. Tidak
b. Ya
24. Saya verbal, logis, konkrit, dan berorientasi pada waktu
a. Ya
b. Tidak
25. Saya visual, mengandalkan intuisi atau perasaan, abstrak dan berorientasi pada ide utama
a. Tidak
b. Ya
26. Saya suka bekerja dengan sesuatu yang bisa dirasakan atau disentuh
a. Ya
b. Tidak
27. Saya menyukai seni
a. Tidak
b. Ya
28. Saya kreatif
a. Tidak
b. Ya
29. Ruangan dan rumah saya akan seperti
a. Semua terorganisir dan tersusun rapi, dan saya berusaha agar semua tampak terlihat rapi
b. Saya suka semua tampak seperti aslinya, dan saya akan merapikannya jika saya ingin dan memiliki waktu
30. Saya bisa melihat detail
a. Ya
b. Tidak
31. Saya suka tampak berbeda dengan orang lain
a. Tidak
b. Ya
32. Saya bisa mengendalikan keadaan dengan mudah
a. Tidak
b. Ya
33. Saya suka berpikiran abstrak
a. Tidak
b. Ya
34. Saya tidak bisa mengerjakan karya seni (semua jenis seni)
a. Ya
b. Tidak
35. Pertanyaan yang sering saya tanyakan adalah
a. “Bagaimana seharusnya ini dikerjakan?” dan “Fakta apa yang harus saya ketahui?”
b. “Seberapa penting ini harus dikerjakan?” dan “Apa tujuan ini dikerjakan?”
Hitung jawaban anda :
Jika lebih banyak jawaban A, maka anda didominasi otak kiri. Semakin banyak jawaban A, maka semakin dominan otak kiri anda. Begitu juga sebaliknya. Semakin jawab jawaban B, maka semakin dominan otak kanan anda. Jika jumlahnya seimbang, maka dominasi otak anda seimbang antara otak kiri dan otak kanan.
Sumber : http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/06/15/tes-dominasi-otak-kiri-dan-otak-kanan/
Doa Qunut & Maknanya Doa Qunut & Maknanya
Doa Qunut & Maknanya
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Qunut secara bahasa memiliki beberapa makna, diantaranya,
1. Tunduk dan taat
Allah berfirman,
لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ
“Hanya milik Allah segala yang ada di langit dan di bumi, semuanya kunut (tunduk) kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 116).
2. Ibadah shalat
Allah berfirman,
يَا مَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِينَ
“Hai Maryam, lakukanlah kunut (shalatlah), sujudlah, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (QS. Ali Imran: 43)
3. Diam dan tenang
Allah berfirman,
وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
“Berdirilah menghadap Allah (shalat) dengan tenang.” (QS. Al-baqara: 238)
Zaid bin Arqam mengatakan, “Dulu kamu mengobrol ketika shalat, sampai turun ayat ini, dan kami diperintahkan untuk diam, dan kami dilarang bicara.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Berdiri lama ketika shalat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصَّلَاةِ طُولُ الْقُنُوتِ
Shalat yang paling utama adalah yang panjang qunutnya (berdirinya). (HR. Muslim).
An-Nawawi mengatakan,
المراد بالقنوت هنا القيام باتفاق العلماء فيما علمت
Yang dimaksud qunut adalah lama berdiri ketika shalat berdasarkan sepakat ulama, yang saya ketahui. (Syarh Shahih Muslim, 6/35)
Dan seperti inilah yang dipahami Ibnu Umar. Beliau pernah ditanya tentang makna qunut. Jawab beliau,
ما أعرف القنوت إلا طول القيام
“Saya tidak mengetahui makna qunut, selain memanjangkan bacaan ketika shalat.”
Kemudian Ibnu Umar membaca firman Allah:
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا
(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri.. (QS. Az-Zumar: 9)
Doa Kunut
Doa kunut yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah doa kunut yang dibaca ketika shalat witir. Ini berdasarkan hadis shahih dari cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Hasan bin Ali bin Abi Thalibradhiyallahu ‘anhu,
:عن الْحَسَن بْن عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قال : عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَاتٍ أَقُولُهُنَّ فِي قُنُوتِ الْوِتْرِ
( للَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ ، …)
Hasan bin Ali mengatakan,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajariku beberapa kalimat doa yang hendaknya aku ucapkan ketika kunut witir: ‘Allahummahdinii fiiman hadaiit, wa ‘aafinii fiiman ‘aafaiit,….dst.’ (HR. Nasa’i 1746, Abu Daud 1425, Turmudzi 464, dan dishahihkan Al-Albani. Syuaib Al-Arnauth menilai doa ini sanadnya shahih).
Berikut teks doa kunut:
اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
ALLAHUMMAH-DINII FII-MAN HADAIIT, WA ‘AAFINII FII MAN ‘AAFAIIT, WA TAWALLA-NII FII MAN TAWALLAIIT WA BAARIK LII FII MAA A’-THAIIT, WA QINII SYARRA MAA QADHAIIT, INNAKA TAQDHII WA LAA YUQDHAA ‘ALAIIK, WA INNAHUU LAA YADZILLU MAW-WAA-LAIIT, WA LAA YA’IZZU MAN ‘AADAIIT, TABAARAK-TA RABBANAA WA TA’AALAIIT
dalam riwayat Ibnu Mandah dalam At-Tauhid terdapat tambahan yang statusnya hasan,
وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ
WA LAA MANJAA MINKA ILLA ILAIIK
Penjelasan Doa Kunut
[اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ]
Ya Allah berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk.
Di awal doa kunut kita memohon kepada Allah petunjuk. Petunjuk berupa ilmu yang manfaat dan amal shaleh. Ilmu yang bisa membimbing kita untuk memahami benar dan salah, bisa membedakan antara jalan lurus dan kesesatan, berikut semangat untuk mengamalkan mengikuti kebenaran.
“sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk”
Kalimat ini sejatinya adalah kalimat tawasul. Kita menyebutkan kenikmatan hidayah yang telah Allah berikan kepada orang lain. Kita memohon hidayah kepada Allah, sebagaimana Allah telah memberikan hidayah kepada hamba-Nya yang lain.
Semacam ini yang sering diistilahkan dengan tawassul bi fi’lillah, tawasul dengan perbuatan Allah, yaitu memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Tawasul semacam ini juga kita lakukan ketika kita membaca shalawat saat tasyahud,
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد، كما صليت على إبراهيم
“Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim…”
[وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ]
“berilah aku keselamatan, sebagaimana orang yang telah Engkau beri keselamatan”
Selanjutnya kita memohon keselamatan dari semua penyakit, penyakit badan maupun penyakit hati. Penyakit hati ada 2:
a. Syahwat: semua keinginan untuk menyimpang dari kebenaran karena dorongan hawa nafsu. Baik karena motivasi harta, tahta, maupun wanita. Dan bukan termasuk penyakit syahwat ketika ada orang yang menyalurkan hasrat biologisnya pada jalur yang halal.
b. Syubhat: semua pemikiran sesat yang masih bercokol di benak seseorang, sehingga menghalangi dirinya untuk memilih jalan kebenaran.
[وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ]
Jadilah wali bagiku, sebagaimana Engkau telah menjadi wali bagi hamba-Mu yang Engkau kehendaki.
Wali adalah kekasih yang akan menjadi pelindung, penolong, memperhatikan keadaan orang yang Dia kasihi. Ketika Allah menjadi wali yang istimewa bagi seorang hamba, maka Allah akan sangat memperhatikan si hamba ini, mengarahkannya ke jalan yang lurus, menyelamatkannya dari segala ujian dunia dan akhirat.
Allah berfirman,
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ
Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah thagut (setan), yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). (QS. Al-Baqarah: 257)
[وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ]
Berkahilah untukku terhadap apa yang telah Engkau berikan kepadaku
Berkah berasal dari kata birkah [arab: بركة] : tempat luas yang menampung air. Dari asal kata ini, para ulama mengatakan, berkah adalah kebaikan yang banyak dan bersifat terus-menerus.
Kita memohon kepada Allah agar memberikan kebaikan yang banyak dan berlimpah, dalam nikmat yang telah Dia berikan kepada kita. Karena sedikit yang berkah, jauh lebih baik dari pada banyak, namun tidak berkah.
Ketika seseorang tidak diberkahi hartanya, dia tidak bisa mendapatkan banyak kebaikan dan manfaat dari hartanya. Kita jumpai ada orang yang hartanya banyak, namun dia terjerat kasus hukum, tidak bahagia bersama keluarga, selalu merasa kurang, habis di tangan anaknya, habis hanya untuk jajan dan jajan. Itu contoh harta yang tidak berkah.
Demikian pula orang yang tidak diberkahi ilmunya. Sekalipun ilmunya banyak, dia tetap saja seperti orang bodoh. Tidak ada pengaruh ilmu yang dia pelajari. Beberapa kiyai yang sudah mengkhatamkan berbagai buku, namun akhlaknya, ibadahnya, kepribadiannya, tidak jauh berbeda dengan preman.
[وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ]
Lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau takdirkan
Terkait takdir, ada 2 hal yang perlu dibedakan: (a) Ketetapan Allah dan (b) Sesuatu yang Allah tetapkan.
Ketetapan Allah selalu baik. Karena ketetapan Allah hanya berputar pada dua prinsip: Keadilan atau karunia. Berbeda dengan sesuatu yang Allah takdirkan. Ada yang baik dan yang buruk.
Semua takdir baik, seperti ditakdirkan menjadi orang mukmin, dilapangkan rizkinya, diberi rasa aman, bagian dari karunia Allah. Sebaliknya, keadaan buruk yang Allah tetapkan, sejatinya bagian dari keadilan Allah.
[إِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ]
Sesungguhnya Engkau yang menetapkan dan tidak ada yang menjatuhkan ketetapan untuk-Mu
Allahlah satu-satunya Dzat yang menetapkan segala sesuatu. Karena Dia pemilik kekuasaan yang sempurna. Tidak ada yang memaksa Allah untuk menetapkan takdir, tidak pula ada seorangpun yang menjatuhkan keputusan untuk Allah. Karena itulah, dalam urusan takdir, kita tidak boleh bertanya-tanya, mengapa Allah menetapkan takdir demikian, apa alasan Allah menciptakan setan yang hanya bisa merusak.. dst. Allah tegaskan dalam Al-Quran,
لا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ
“Dia tidak ditanya terhadap apa yang Dia lakukan, namun merekalah yang ditanya (atas perbuatan yang mereka lakukan).” (QS. Al-Anbiya: 23)
[وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ]
Sesungguhnya tidak akan terhina orang Engkau jadikan wali-Mu.
Di atas kita telah memohon kepada Allah, agar Dia menjadi wali kita. Bagian ini kita memuji-Nya, bahwa tidak akan terhina orang Engkau jadikan wali-Mu.
Dalam doa ini pula kita diajari bahwa kita hanya akan mencari kemuliaan dari Allah, dengan berusaha menjadi wali-Nya, dan tidak menjadi musuh-Nya.
Siapakah wali Allah?
Allah tegaskan dalam Al-Quran,
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ* الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. ( – )
(yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (QS. Yunus: 62 – 63)
Syaikhul Islam mengatakan,
من كان مؤمناً تقياً، كان لله ولياً
“Siapa saja yang beriman dan bertaqwa maka dia menjadi wali Allah.”
Beriman dalam hatinya dan menampakkan pengaruh imannya dalam tingkah lakunya.
Ada orang yang jarang shalat, suka nenepi di kuburan, gua-gua, rogo sukmo, sampai bisa mengobati dan membuka praktek pengobatan alternatif, kemudian dia ngaku wali. Kita benarkan pengakuannya ini, dan kita nyatakan dia wali setan dan bukan wali Allah. Dia bisa mengobati karena dibantu setan.
[وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ]
Tidak akan mulia orang yang menjadi musuh-Mu.
Siapapun yang menjadi musuh Allah, dia tidak akan mulia di dunia dan akhirat. Dia hanya mendapatkan kehinaan dan kerugian.
مَنْ كَانَ عَدُوّاً لِلَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ
Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail,
Maka Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir. (QS. Al-Baqarah: 98)
Ayat ini menunjukkan bahwa semua orang kafir adalah musuh Allah, dan semua orang kafir berada di posisi terhina. Namun sayang, banyak orang muslim yang silau dengan prestasi dunia mereka. Sehingga mereka memandang orang kafir sebagai orang hebat, layak ditiru peradabannya.
Karena alasan inilah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita untuk memanggil orang kafir dengan panggilan kehormatan, dengan panggilan sanjungan, atau yang semakna dengan itu. Beliau bersabda,
لَا تَقُولُوا لِلْمُنَافِقِ سَيِّدٌ، فَإِنَّهُ إِنْ يَكُ سَيِّدًا فَقَدْ أَسْخَطْتُمْ رَبَّكُمْ عَزَّ وَجَلَّ
‘Jangan kalian menyebut orang munafik: Sayid (tuan), karena jika memang dia tuan, kalian telah membuat marah Rab kalian.’
(HR. Ahmad 22939 dan Abu Daud 4977 dan perawiya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).
[تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ]
Maha Mulia Engkau wahai Rab kami, dan Maha Tinggi.
Di penghujung doa kunut, kita memuji Allah Ta’ala dengan dua sifatnya yang mulia,
a. Sifat ‘Tabaruk’, artinya kita mangkui bahwa Allah-lah ahlul barakah (sumber berkah). Tabaarakta berarti Engkau ya Allah adalah Dzat yang banyak kebaikannya, sangat luas dan menyeluruh kebaikannya, mencakup seluruh makhluk
b. Sifat ‘Al-Uluw’; Maha Tinggi. Allah Maha Tinggi Dzat-Nya dan sifat-Nya.
Maha Tinggi Dzat-Nya, artinya Dzat Allah berada di atas seluruh makhluk-Nya, dan terpisah dengan seluruh makhluk-Nya. Karena Allah tersucikan dari keadaan menyatu dengan makhluk-Nya.
Maha Tinggi sifat-Nya, artinya Allah memiliki sifat-sifat yang sangat mulia. Sifatnya berada di puncak kemuliaan. Tidak ada satupun yang kurang maupun yang cacat pada sifat Allah.
[Disadur dari Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin, 14/88 – 96].
[وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ]
Tidak ada tempat selamat dari (hukuman-Mu), kecuali dengan bersandar kepada-Mu
Selanjutnya kita juga memuji Allah, mengakui betapa Maha Kuasanya Allah. Tidak ada satupun makhluk-Nya yang bisa selamat dari hukuman-Nya atau ujian-Nya, kecuali mereka yang bersandar kepada Allah.
Dianjurkan Bershalawat Ketika Mengakhiri Kunut
Dianjurkan untuk membaca shalawat ketika mengakhiri doa kunut. Karena demikianlah yang menjadi kebiasaan para sahabat di masa silam.
Al-Albani mengatakan,
قد ثبت في حديث إمامة أبي بن كعب الناس في قيام رمضان أنه كان يصلي على النبي صلى الله عليه وسلم في آخر القنوت و ذلك في عهد عمر رضي الله عنه رواه ابن خزيمة في صحيحه
Terdapat hadis yang shahih bahwa Ubay bin Ka’ab mengimami para sahabat ketika taraweh ramadhan. Dan beliau membaca shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di akhir doa kunut. Dan itu terjadi di zaman Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu. Hadis ini diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya.
(Sifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 3/170)
Doa Penangkal Harta Haram Saat Miskin Doa Penangkal Harta Haram Saat Miskin
Doa ini diajarkan Rasulullah kepada Ali bin Abi Thalib, dan para penanggung utang – meski utang sebesar gunung Shier – niscaya Allah akan melunasi utang itu.
Harta haram memang mengerikan dampaknya. Kendatipun demikian, banyak orang yang nekat melahapnya. Alasan mereka pun macam-macam. Ada yang karena tamak. Ada pula yang karena himpitan ekonomi. Salah satunya ketika seseorang terlilit utang atau putus asa mendapat lapangan kerja yang halal dengan penghasilan yang memadai, penghasilan haram akan menjadi fitnah besar baginya. Lantas apakah penangkal fitnah yang berbahaya ini?
Mari kita simak hadis berikut,
Dari Abu Wa-il (Syaqieq bin Salamah), katanya, “Ada seseorang yang menghampiri Ali bin Abi ThalibRadhiyallahu anhu seraya berkata, ‘Wahai Amirul Mukminin, aku sudah tak mampu lagi mencicil uang untuk menebus kemerdekaanku, maka bantulah aku.’ Ali menjawab, ‘Maukah kau kuajari beberapa kalimat yang pernah Rasulullah ajarkan kepadaku? Dengan membacanya, walaupun engkau menanggung utang sebesar gunung Shier, niscaya Allah akan melunasinya bagimu!’ ‘Mau’, jawab orang itu. ‘Ucapkan:
اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
Ya Allah, cukupilah aku dengan rezeki halal-Mu agar terhindar dari yang Kau haramkan. Jadikanlah aku kaya karena karunia-Mu, bukan karena karunia selain-Mu.
(HR. Abdullah bin Ahmad dalam Zawa-idul Musnad No. 1319; At-Tirmidzi No. 3563 dan Al-Hakim 1/537. At-Tirmidzi mengatakannya sebagai hadis hasan, dan dihasankan pula oleh Syaikh Al-Albani. Sedangkan Al-Hakim mensahihkannya)
Dalam syariat Islam, seorang hamba sahaya dibolehkan menebus kemerdekaan dirinya dari majikannya, dengan membayar sejumlah uang sesuai kesepakatan. Uang bisa diperoleh dari hasil kerja si budak, atau dari zakat yang diberikan kepadanya. Dalam riwayat lain, yang dinamakan Shabier adalah sebuah gunung di daerah suku Thay atau sebuah gunung di Yaman.
Hadis tersebut mengajarkan pada kita agar tidak melupakan Allah yang menguasai nasib kita di dunia. Dia-lah yang memberi ujian berupa kesempitan. Dan Dia pula yang dapat dengan mudah melapangkannya kembali. Oleh karenanya, tidak sepantasnya seorang Mukmin hanya bertumpu pada usahanya dan lupa bertawakal kepada Allah. Usaha memang harus dilakukan. Namun ia tidak akan memberi hasil yang sempurna kecuali atas izin Allah dan restu-Nya. Untuk mendapatkan restu tersebut, cara yang paling efektif adalah memperbanyak doa. Baik lewat ucapan lisan maupun amal salih. Ucapan yang paling dicintai Allah adalah yang menegaskan ketauhidan-Nya.
Doa yang diajarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengandung penegasan akan nilai tauhid, yaitu ketika hamba hanya memohon kecukupan dan karunia dari Allah, serta meminta agar tidak merasa kaya berkat karunia selain-Nya.
Ini merupakan ibadah yang agung, yang menunjukkan bahwa si hamba benar-benar menggantungkan harapannya kepada Allah semata, bukan kepada selain-Nya. Dalam hadis tersebut juga terkandung pelajaran mengenai pentingnya tauhid sebagai penutup suatu permohonan.
Sedangkan dalam hadis lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada Mu’adz bin Jabal,
“Maukah engkau kuajari sebuah doa yang bila kau ucapkan, maka walaupun engkau memiliki utang sebesar gunung Uhud, Allah akan melunasinya? Katakan hai Mu’adz, ‘
اَللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلكَ مِمَّنْ تَشَاءُ، وُتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ، بِيَدِكَ الخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، رَحْمَـانَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَرَحِيْمَهُمَا، تُعْطِيهِمَا مَنْ تَشَاءُ وَتَمْنَعُ مِنْهُمَا مَنْ تَشَاءُ، اِرْحَمْنِي رَحْمَةً تُغْنِينِي بِهَا عَنْ رَحْمَةِ مَنْ سِوَاكَ
Ya Allah, Pemilik Seluruh Kekuasaan. Engkau beri kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau mencabutnya dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau memuliakan siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau menghinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu-lah segala kebaikan, dan Engkau Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu. Wahai Penyayang dan Pengasih di Dunia dan Akhirat, Engkau memberi keduanya (dunia dan akhirat) kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan menahan keduanya dari siapa yang Engkau kehendaki. Rahmatilah aku dengan rahmat-Mu yang menjadikanku tak lagi memerlukan belas kasih selain-Mu.”
(Diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam Al-Mu’jamus Shaghier dengan sanad yang dianggap jayyid oleh Al-Mundziri. Sedangkan Syaikh Al-Albani menghasankannya; lihat Shahih at-Targhieb wat Tarhieb No. 1821).
Kalau dalam hadis sebelumnya terdapat isyarat agar kita mengakhiri doa dengan penegasan akan nilai tauhid, dalam hadis ini sebaliknya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita untuk memulai permintaan dengan menegaskan masalah tauhid. Karenanya beliau memulainya dengan kalimat-kalimat yang menunjukkan kemahaesaan Allah dari sisi Rububiyyah. Lalu mengikutinya dengan kalimat yang berhubungan dengan tauhid asma’ was sifat. Yaitu dengan menetapkan bahwa semua kebaikan berada di tangan-Nya, dan bahwasanya Dia berkuasa atas segala sesuatu. Demikian pula dengan kalimat berikutnya, yang merupakan seruan kepada Allah, dengan menyebut dua di antara nama-nama Allah yang indah, yaitu Rahman dan Rahiem. Kemudian barulah si hamba menyebutkan hajat utamanya, yaitu agar Allah melunasi utangnya dan mengentaskannya dari kemiskinan.
Tentunya, doa ini tidak akan efektif jika hanya diucapkan tanpa diresapi maknanya dan diwujudkan esensinya dalam kehidupan sehari-hari. Percuma saja jika seseorang mengucapkan doa tersebut namun tidak mempedulikan status penghasilannya: halal ataukah haram. Percuma juga jika ia rajin mengucapkan doa tersebut namun masih berlumuran dengan syirik akbar yang membatalkan seluruh amalnya.
Oleh karena itu, agar doa ini efektif dan mustajab, kita harus mengucapkannya sembari berusaha memahami ajaran agama semaksimal mungkin, agar tahu mana yang halal dan mana yang haram.
Catatan:
Artikel ini ditulis oleh Ustad Sufyan Basweidan, M.A. dan diterbitkan di Majalah Pengusaha Muslim edisi 35 yang mengangkat tema “Harta Haram.” Pada edisi ini, majalah Pengusaha Muslim secara khusus mengupas serba-serbi harta haram: macam-macamnya dan cara bertaubat dari harta haram. Termasuk hukum bertransaksi dengan pemilik harta haram. Anda bisa mendapatkan edisi E-Mag untuk majalah Pengusaha Muslim, dengan menghubungi: shop.pengusahamuslim.com