Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan dibesarkan dalam sekolah Islam dan terdidik dengan ilmu Al-Quran. Ayahnya adalah seorang khalifah. Abdul Malik bin Marwan dan suaminya juga seorang khalifah, yakni Umar bin Abdul Aziz.
Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan dibesarkan dalam sekolah Islam dan terdidik dengan ilmu Al-Quran. Ayahnya adalah seorang khalifah. Abdul Malik bin Marwan dan suaminya juga seorang khalifah, yakni Umar bin Abdul Aziz. Keempat saudaranya pun semua khalifah, yaitu Al Walid Sulaiman, Al Yazid, dan Hisyam.
Ketika Fatimah dipinang untuk Umar bin Abdul Aziz, pada waktu itu Umar masih layaknya orang kebanyakan bukan sebagai calon pemangku jabatan khalifah.
Sebagai putera dan saudari para khalifah, perkawinan Fatimah dirayakan dengan resmi dan besar-besaran, dan ditata dengan perhiasan emas mutu-manikam yang tiada ternilai indah dan harganya. Namun sesudah perkawinannya usai, sesudah Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah dan Amirul Mukminin, Umar langsung mengajukan pilihan kepada Fatimah, isteri tercinta. Umar berkata kepadanya, "Isteriku sayang, aku harap engkau memilih satu di antar dua."
Fatimah bertanya kepada suaminya, "Memilih apa, kakanda?"
Umar bin Abdul Aziz menerangkan, "Memilih antara perhiasan emas berlian yang kau pakai atau Umar bin Abdul Aziz yang mendampingimu."
"Demi Allah," kata Fatimah, "Aku tidak memilih pendamping lebih mulia daripadamu, ya Amirul Mukminin. Inilah emas permata dan seluruh perhiasanku."
Kemudian Khalifah Umar bin Abdul Aziz menerima semua perhiasan itu dan menyerahkannya ke Baitulmal, kas Negara kaum muslimin. Sementara Umar bin Abdul Aziz dan keluarganya makan makanan rakyat biasa, yaitu roti dan garam sedikit.
Pada suatu hari raya puteri-puterinya datang kepadanya, "Ya Ayah, besok hari raya. Kami tidak punya baju baru…"
Mendengar keluhan puteri-puterinya itu, khalifah Umar berkata kepada mereka. "Wahai puteri-puteriku sayang, hari raya itu bukan bagi orang yang berbaju baru, akan tetapi bagi yang takut kepada ancaman Allah."
Mengetahui hal tersebut, pengelola baitulmal berusaha menengahi, "Ya Amirul Mukminin, kiranya tidak akan menimbulkan masalah kalau untuk baginda diberikan gaji di muka setiap bulan."
Umar bin Abdul Aziz sangat marah mendengar perkataan pengurus Baitulmal. Ia berkata, "Celaka engkau! Apakah kau tahu ilmu gaib bahwa aku akan hidup hingga esok hari!?"
Ketika ajalnya hampir tiba, beliau meninggalkan 15 orang anak lelaki dan perempuan. Banyak keluarganya yang datang menanyakan apa yang ditinggalkannya pada keluarganya. Jawaban Umar bin Abdul Azis ialah, "Aku tinggalkan untuk mereka ketaqwaan pada Allah. Kalau mereka tergolong orang yang shaleh, maka Allah telah menjamin akan mengayomi mereka. Tetapi kalau mereka tergolong orang yang tidak sholeh, aku tidak akan meninggalkan apa pun yang bisa mereka gunakan untuk bermaksiat pada Allah."
Kemudian Umar bin Abdul Aziz memerintahkan karib kerabat dan isterinya, Fatimah agar meninggalkannya seorang diri. Ujarnya, "Fatimah isteriku, keluarlah dan tinggalkan aku sendiri menyambut kedatangan makhluk asing yang sedang memasuki kamarku ini. Mereka bertubuh nurani, beraneka ragam sayapnya. Ada yang bersayap dua, tiga, dan empat. Tinggalkanlah aku sendirian wahai sayangku. Rohku sudah siap menyertai para pengawal itu menjadi tamu agung Allah Ar-Rahman."
Menjelang rohnya menginggalkan jasadnya, beliau mengulang-ulang firman Allah swt : "Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa."
Demikianlah Umar bin Abdul Aziz menginggalkan dunia yang fana ini. Dia digantikan oleh iparnya, Yazid bin Abdul Malik.
Pada suatu hari Yazid memanggil saudarinya, Fatimah seraya berkata, "Fatimah, aku tahu suamimu, Umar bin Abdul Aziz telah merampas semua perhiasanmu dan memasukkannya ke Baitulmal. Kalau engkau mau, maka akan kukembalikan lagi perhiasan itu kepadamu."
Dengan tegas Fatimah menjawab, "Ya Yazid, apakah kau hendak memaksaku mengambil apa yang oleh Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz telah diberikan kepada Baitulmal? Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, aku tidak akan menaatinya pada waktu hidup dan menggusarkannya sesudah beliau meninggal dunia walaupun hanya sedikit."
Kekuasaan Khalifah Umar bin Abdul Aziz hanya berusia tiga puluh bulan, tetapi kekuasaannya yang singkat itu bagi Allah Taala bernilai lebih dari tiga puluh abad. Beliau meninggalkan dunia fana ini dalam usia muda, yakni pada usia empat puluh tahun.
Pada zaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, pasukan kaum muslimin sudah mencapai pintu kota Paris di sebelah barat dan negeri Cina di sebelah timur. Pada waktu itu kekuasaan pemerintahan di Portugal dan Spanyol berada di bawah kekuasaannya.
ISYARAT KEROHANIAN MENGENAI KEPEMIMPINANNYA
Imam Tarmizi meriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa khalifah Umar Al-Khattab berkata : "Dari kalangan zuriatku akan ada seorang lelaki ;berparut di wajahnya. Dia akan memenuhi dunia dengan keadilan." Ternyata isyarat in terjadi kepada Sayidina Umar bin Abdul Aziz, sewaktu kecil beliau telah dilukai seekor binatang tepat di dahinya. Bapaknya menyapu darah yang mengalir di kepalanya lantas berkata, "Kalau engkau lah lelaki berparut di dahi yang diisyaratkan itu, niscaya engkaulah orang yang bahagia."
Kisah ini diriwayatkan oleh Ibnu Asakir. Di zaman pemerintahan Khalifah Al- Walid beliau dilantik menjadi gubernur Madinah dan pada tahun 99H beliau resmi menjadi khalifah sesudah wafatnya Khalifah Sulaiman bin Abd, Malik.
CIRI-CIRI TAJDIDNYA DAN SUASANA DI ZAMANNYA
Di zaman itu imperium Islam makin meluas, kerajaan banyak mengutus misi-misi ketenteraan untuk membuka negara Afrika, Khurasan dan lain-lain. Mayoritas umat Islam adalah baik karena mereka masih berada dalam lingkungan tiga kurun yang dijanjikan, namun Bani Umaiyah yang memerintah waktu itu memang terkenal dengan kehidupan mereka yang bermewah-mewah dan banyak melanggar perintah Allah.
Sistem kekhalifahan Bani Umaiyah mengikuti budaya para raja (monarki) dimana sistem itu bertentangan dengan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mengamalkan sistem Syura. Karena itulah Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengembalikan sistem pemerintahan yang dijalankan oleh Khulafaur Rasyidin. Pada hari pelantikannya Sayidina Umar bin Abdul Aziz naik ke atas mimbar masjid Umawi di Damsyik lalu mengistiharkan peletakan jabatannya dan tidak akan memerintah melainkan jika dilantik secara syura. Ketika beliau turun dari mimbar, orang banyak membaiahnya dan melantiknya sekali lagi menjadi khalifah berdasarkan sistem syura.
MENEGAKKAN KEADILAN
Beliau menegakkan keadilan di dalam pemerintahannya. Penguasa-penguasa yang zalim dipecat dan digantikan dengan orang yang lebih layak untuk memperbaiki keadaan masyarakat.
Yahya Al-Ghassani menceritakan : Seorang gubernur menulis surat kepada beliau :
Wahai amirul mukminin, negeri kami ini telah rusak, alangkah baiknya jika tuan memberi jalan untuk memulihkan negeri kami. Khalifah Umar menjawab surat itu dengan berkata, Apabila engkau membaca suratku ini hendaklah engkau memagari negerimu dengan keadilan dan bersihkanlah jalan-jalannya dari kezaliman. Sesungguhnya itulah pemulihannya, wassalam.
SANGAT MEMBELA KESEJAHTERAAN RAKYAT
Beliau sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya sehingga mereka merasa tercukupi segala keperluannya. Pernah terjadi di zamannya seorang lelaki membawa harta yang begitu besar jumlahnya kemudian ingin membagikan kepada yang memerlukan, namun tidak ada seorang pun yang datang untuk mengambil harta itu karena mereka telah tercukupi keperluannya.
Sebelum menjadi khalifah Saiyidina Umar bin Abdul Aziz adalah orang yang hidup mewah dari harta yang halal. Namun begitu dilantik menjadi khalifah segala harta bendanya diserahkan kepada baitul mal, beliau begitu serius menjalankan amanah Allah hingga tidak ada waktu lagi untuk hal-hal lain. Isterinya meriwayatkan bahwa setiap kali beliau pulang ke rumah malam hari, beliau akan duduk di tempat sembahyang menangis dan berdoa hingga tertidur. Apabila beliau terjaga beliau menangis dan berdoa lagi dan begitulah seterusnya hingga subuh.
KEBERKATAN PIMPINANNYA
Malik bin Dinar (seorang ulama salaf yang terkenal) menceritakan bahwa ketika Umar bin Abdul Aziz naik menjadi khalifah para penggembala kambing di lembah dan kampung menjadi tertanya-tanya, siapakah gerangan lelaki soleh yang menjadi khalifah ini? Keadilannya menahan srigala dari menerkam kambing-kambing kami.
Pernah terjadi di zamannya Panglima Qutaibah bin Muslim ditugaskan memimpin misi membuka kota Samarkand yang masih Nasrani pada waktu itu. Qutaibah telah melaksanakan tugasnya dengan langsung menyerang Samarkand tanpa memberi tiga pilihan (masuk Islam, membayar jizyah atau perang) terlebih dahulu kepada penduduknya.
Pendeta-pendeta Samarkand tidak puas hati lalu mengutus surat melaporkan hal itu kepada khalifah Umar dan menuntut Qutaibah beserta tentaranya keluar dari Samarkand, karena mereka menaklukkannya tanpa mengikuti syariat.
Khalifah mengakui perkara itu lantas mengarahkan agar tentaranya keluar dari Samarkand tanpa syarat. Tentara-tentara beliau pun patuh dan masyarakat Samarkand yang menyaksikan hal itu begitu terkesan dengan keadilan Islam hingga mereka beramai-ramai mengucapkan 2 kalimah syahadat. Dengan berkat kepemimpinannya juga zamannya merupakan zaman keemasan umat Islam dalam pemerintahan Bani Umaiyah.
KEDUDUKANNYA DI SISI PARA ULAMA
Umar bin Abdul Aziz bukan saja seorang pemimpin yang ditunjuk oleh Allah bahkan beliau juga seorang ulama yang ulung di zamannya. Disebutkan bahwa para alim ulama di zamannya hanyalah bertaraf murid-muridnya. Setiap malam beliau akan berkumpul dengan ahli-ahli fiqih untuk bermuzakarah.
Beliau wafat tahun 101H dalam usia 39 tahun, pemerintahannya yang penuh berkat itu hanya berlangsung 2 tahun. Ketika wafatnya khalifah, Musa bin AÕrun berkata, Pada zaman khalifah Umar bin Abdul Aziz kambing kami digembala bersama-sama dengan serigala. Namun pada satu malam seekor serigala telah menerkam kambing kami. Tidak lain pasti lelaki soleh ini (Umar bin Abdul Aziz) telah wafat. Dan memang mereka mendapatkan beliau wafat pada malam tersebut. (ar/oq/mq) www.suaramedia.com
0 komentar: