Nun di suatu negeri tinggal seorang raja yang gemar berdandan dengan berbagai jenis baju kebesarannya. Bahkan, sang raja sampai harus membentuk Staf Ahli Kerajaan Khusus Perbajuan.
Suatu hari, saking sudah banyaknya baju dari berbagai jenis bahan dan model, sang raja meminta kepada staf ahlinya untuk dicarikan baju yang lain dari yang lain dan tidak akan pernah ada yang memiliki. Staf ahli ini kelimpungan mencari akal, hingga dia bertemu dengan 2 orang ahli dari negeri seberang yang konon kabarnya ahli dalam perbajuan. Karena itu, diorderlah baju sesuai permintaan raja.
Suatu hari, saking sudah banyaknya baju dari berbagai jenis bahan dan model, sang raja meminta kepada staf ahlinya untuk dicarikan baju yang lain dari yang lain dan tidak akan pernah ada yang memiliki. Staf ahli ini kelimpungan mencari akal, hingga dia bertemu dengan 2 orang ahli dari negeri seberang yang konon kabarnya ahli dalam perbajuan. Karena itu, diorderlah baju sesuai permintaan raja.
Singkat cerita tibalah saatnya, ke-2 orang ahli dari negeri seberang bertemu raja dan menyerahkan baju pesanannya.
"Tuan Raja, baju ini tidak akan ada yang dapat menandingi kehebatannya," janji salah seorang ahli tersebut.
"Mereka yang bisa melihat baju raja ini hanyalah orang-orang cerdas," tambah satu lagi ahli perbajuan itu.
"Hmmm... Mana, mana, baju yang saya pesan!", Raja begitu gembira atas perkembangan hasil pesanan khususnya.
Ke-2 ahli tersebut, sibuk mengenakan baju kepada sang raja. Para staf kerajaan terbengong-bengong karena tidak melihat baju khusus itu.
Akan tetapi, mereka tdk mau dianggap bodoh sehingga meng-iyakan bahwa dia melihat baju sang raja.
Akhirnya, sang raja telah mengenakan baju khusus yang terhebat dan hanya orang cerdas yang dapat melihat.
Sang raja keliling istana memamerkan baju terbarunya. "Ini baju terbaru saya. Hanya orang2 cerdas-lah yang bs melihatnya," begitulah raja berbicara keras2 ke semua penghuni istana.
Kembali, karena takut tidak dianggap cerdas semua penghuni istana pun mengiyakan ttg baju hebat itu.
Karena puas dengan sambutan di istana, sang raja pun mulai keliling kota untuk memamerkan baju barunya.
Kembali sambil berteriak-teriak tentang kehebatan bajunya yang hanya orang cerdas yang bisa melihatnya.
Namun, semua petualangan raja terhenti, saat di suatu tempat ada seorang anak yang menceletuk ke ibunya.
"Bu, kok raja telanjang, sih. Ga malu dia."
Kiranya, demikianlah yang tengah terjadi di sekitar kita. Semua orang sibuk mengiyakan
tentang sesuatu yang diyakini tanpa kita mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Semua bilang modernisasi, demokrasi, era globalisasi, era digital, kapitalisme, hedonisme, bahkan apa itu ekonomi Islam
dan bank syariah itu. Semua orang merasa dia telah mengetahuinya dan menyatakan dirinya cerdas bisa
melihat ada sesuatu yang 'menjanjikan' di sana. Sebagaimana kisah baju sang raja tadi, kalau kita tidak mau dianggap cerdas
maka setuju sajalah bahwa baju itu benar-benar ada. Tidakkah ada sesuatu yang menutupi cara pandang kita selama ini.
Tidakkah kita kembali ke diri kita masing-masing untuk jujur dan lebih bijak melihat apa yang tengah terjadi saat ini.
Katakan jujur walau tidak akan dianggap cerdas. Bukankah Rasulullah Saw. mencontohkan keteladan "al Amin" (terpercaya)
sebagai dasar atas semua yang kita lakukan? Apa gunanya Anda cerdas, tetapi tidak jujur menyatakan apa yang terjadi?
Islam sudah diturunkan sebagai agama sempurna, lengkap dengan syariat dan muamalah (ilmu dan amal).
Rasulullah berpesan dalam suatu hadits "al'ilmu qobla qaulin wa'amala", yang maksudnya sudahkah Anda mempelajari
kembali ilmu (agama) sebelum Anda mengatakan dan mengamalkannya. Akankah kita mengaku cerdas,
tanpa Anda pernah membuka kembali apa itu ilmu (syariat)? Ilmu tanpa amal tiada guna, begitu pula amal tanpa ilmu.
Dunia itu ladang amal akhirat. Jangan disia-siakan sesuatu tanpa syariat.
Marilah saudara2ku, tetaplah selalu jujur, katakan walau tidak dianggap cerdas.
Penulis
Janu Murdiyatmoko
0 komentar: