Meramalkan Keberhasilan

Sahabat saya yang hatinya baik,
yang memangku peran penting sebagai pribadi super Indonesia,

"Keberhasilan bukanlah untuk diramalkan, tetapi untuk dibangun."

Kita seolah bisa meramalkan siapa di antara para sahabat kita yang akan mencapai kecemerlangan hidup, dengan memperhatikan setidaknya tiga hal berikut ini;

Apakah dia memiliki ketertarikan yang kuat kepada sesuatu yang berguna.

Apakah dia mengupayakan kemampuan terbaik untuk melakukan yang paling menarik baginya itu, dan

Apakah dia menuangkan keseluruhan jiwanya untuk menjadikan yang dilakukannya sebagai keuntungan bagi orang lain.


Sahabat saya yang hatinya ranum bagi kemuliaan,

Anda adalah pribadi yang memiliki semua potensi untuk diutamakan dalam kehidupan ini,

yakinilah ini, dan jadikanlah salah satu tema utama dalam keyakinan bicara Anda , bahwa

Kendaraan menuju keberhasilan adalah kerja keras.

Mereka yang menolak untuk bekerja keras, karena telah menemukan konsep bekerja cerdas - masih akan tetap diharuskan untuk bekerja keras dalam kecerdasannya.

Lalu, kerja keras itu membutuhkan tenaga untuk bergerak maju, dan itu yang kita sebut kesungguhan.

Hanya memiliki semangat saja, tidak-lah cukup, karena kesungguhan adalah pembuktian dalam tindakan - dari sebuah ketertarikan yang kuat untuk berhasil.

Sedangkan yang kita sebut semangat, adalah sebetulnya kepingan-kepingan bara kemauan yang kita sisipkan pada setiap celah dalam kerja keras kita, untuk mencegah masuknya perasaan-perasaan lemah dan ketertarikan-ketertarikan yang menjauhkan kita dari pekerjaan yang memuliakan kita dan mereka yang kita layani.


Sahabat saya yang super,

Tetapkanlah pandangan Anda kepada kemungkinan-kemungkinan baik yang menjadi hadiah bagi kerja keras Anda.

Dunia ini penuh dengan kemungkinan bagi tercapainya kebintangan dalam hidup, bagi kita semua, dan terutama bagi Anda yang perannya mulia.

Satu-satunya tempat yang bisa kosong dari kemungkinan keberhasilan adalah pikiran kita.

Maka, peliharalah kesehatan dari pikiran Anda.

Janganlah berlaku seperti orang yang menggunakan pengalaman kegagalan, baik dari dirinya dan dari pengalaman orang lain - untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa keberhasilan itu tidak mungkin baginya.

Terbalik dari yang menjadi sikap harian para bintang - yang menjaga ketertarikan yang tinggi kepada keberhasilan;
orang yang berjalan mengambang itu menyerahkan nasibnya kepada apa pun yang diputuskan oleh orang lain.

Dalam nanar kesadarannya, dengan malas dia berharap bahwa alam akan salah menghitung;
sehingga alam akan menghadiahkan kecemerlangan hidup kepada orang yang melemahkan hati-nya,
yang mengkerdilkan pikirannya,
yang hanya melakukan sesuatu bila diperintahkan,
dan yang bila melakukan - dia akan melakukan yang sesedikit mungkin.

Orang seperti itu - tidak mati, tetapi tidak benar-benar hidup.

Ketertarikan untuk berhasil adalah kekuatan dan bakat yang Anda perlukan untuk mencapai kepantasan sebagai seorang bintang.

Ketertarikan yang kuat untuk berhasil, membuat Anda melihat banyak kesempatan untuk mencapai keberhasilan,
bahkan kesempatan-kesempatan yang tidak dilihat oleh orang lain.

Dia yang mensyaratkan bahwa segala sesuatu harus menjadi mudah lebih dahulu baginya - sebelum dia bersedia untuk bekerja,
tidak akan melihat kesempatan besar yang bahkan mungkin berdiri tegap di balik sebuah kesulitan kecil.

Karena Anda cepat melihat kesempatan dan selalu mengupayakan penyelesaian terbaik dari apa pun yang Anda hadapi,
Anda akan tampil sangat berbakat.

Tetapi,

Dia yang lebih berfokus pada kesulitan, hanya akan melakukan yang paling mudah.

Sedangkan bagi Anda yang menginginkan keberhasilan,
sebuah kesulitan hanyalah tanda bahwa Anda harus menambahkan lebih banyak kesungguhan dalam kerja Anda .

Itu saja.

-------------
Sahabat saya yang sedang menjadikan dirinya bernilai bagi keluarga dan masyarakat,

Bacalah ini seperti Anda mengatakannya kepada seorang adik yang masih muda:


Adikku yang hatinya jujur dan tegas berpihak kepada yang penting bagi hidupnya,

Ijinkan aku mengulangi sedikit yang telah kukatakan tadi, bahwa

Dia yang lebih berfokus pada kesulitan, hanya akan melakukan yang paling mudah.

Padahal, tidak ada hal yang bernilai dan langgeng yang bisa dicapai dengan mengutamakan yang mudah-mudah saja.

Tetapi engkau lain.

Karena engkau menginginkan keberhasilan, engkau melihat kesulitan sebagai tanda bahwa engkau harus menambahkan lebih banyak kesungguhan dalam kerja mu.

Sehingga sebetulnya, bagi engkau yang melebihkan kesungguhan - tidak ada kesulitan.

Karena, singkatnya;

Kesulitan adalah perintah untuk menambahkan kesungguhan.

Dan ingatlah ini, bahwa

Jika keberhasilan belum menemui mu pada kesempatan pertama, engkau harus menerima kegagalan sebagai keberhasilan yang tertunda.

Maka,

Bersikap wajar-lah dalam menghadapi kegagalan, yang akan menjadi keberhasilan, segera setelah engkau memperbaiki cara-caramu.

Berpikirlah jernih dalam menghadapi tertundanya keberhasilan dari upayamu.

Berpikirlah jernih, karena kekalutan pikiran adalah hal terakhir yang kau butuhkan untuk keluar dari kesulitanmu.

Berpikirlah jernih, karena kejernihan pikiranmu-lah yang berpihak kepada keberhasilanmu.

Apakah tidak kau sadari bahwa untuk setiap menit yang kau gunakan untuk marah, memprotes, mengasihani diri, dan melihat diri sebagai korban, … engkau telah membuang 60 detik untuk memperbaiki kesiapan mu untuk mengulangi upaya pencapaian keberhasilanmu?

Tidakkah engkau melihat dengan jelas, bahwa pada suatu titik, upaya keberhasilanmu itu menjadi kontes keras-keras-an kepala antara kemauan-mu dengan kegagalan-mu?

Tinggal sekarang siapa yang lebih keras kepala.

Engkau atau kegagalan-mu.

Mungkin engkau merasa aku sedikit melucu di sini, tetapi perhatikanlah bahwa kakak-kakak mu yang hidupnya sejahtera, berbahagia, dan namanya disebut-sebut dalam pergaulan-pergaulan mulia itu - adalah mereka yang lebih keras kepala dalam menghadapi kegagalan.

Maka,

Keras-kepala-lah untuk kebaikan.

Membantah-lah, protes-lah, tolak-lah, ngeyel-lah, membangkang-lah, dan sangat berkeras-kepala-lah - jika itu adalah untuk keberhasilan mu.

Keras-kepala-lah untuk kebaikan.

Janganlah engkau bersikap keras kepala untuk menolak anjuran dan nasehat baik.

Janganlah engkau berlaku keras kepala, dan menolak cara-cara baru yang akan mengeluarkan dirimu dari kesulitan.

Janganlah engkau berkeras kepala mempertahankan cara-caramu yang usang, yang hanya menjadikanmu ahli kritik dan protes, tetapi yang hidupnya sendiri sulit.

Tidakkah engkau pernah bertanya kepada dirimu sendiri,

Jika engkau demikian benar, mengapakah hidupmu belum baik?

Jika engkau sulit menerima nasehat baik, sebetulnya nasehat seperti apakah yang sekarang sedang kau yakini untuk melemahkan hidupmu sendiri?

Tuluskanlah hati baikmu, dan

Berpihaklah kepada yang membahagiakan mu.

Keras kepala-lah untuk kebaikan mu.


Adikku yang dititipkan ibumu kepada ibuku,
agar aku melebihkan perhatianku bagi kebahagiaanmu,

Ketahuilah bahwa

Kesetiaanmu untuk memenangkan kebaikan hidupmu adalah pengukur kesetiaanmu kepada Tuhan.

Karena jika engkau ingin menggembirakan Tuhan, gembirakanlah Dia dengan menjadikan dirimu insan kebanggaan Tuhan,

yaitu insan yang berbuat baik, yang menyembah Tuhan, yang menasehatkan kebenaran, dan yang menasehatkan kesabaran.

Jika itu yang kau lakukan, tidak akan ada waktu dalam hidupmu yang melihat kerugian mu.


Adikku yang hatinya sudah sangat siap bagi kebesaran hidupnya,

Perhatikanlah ini;

Jika engkau berbicara sangat serius, engkau memulainya dengan “Demi Tuhan, …”

Dan jika Tuhan ingin engkau mengetahui bahwa Beliau serius mengenai pengertian baikmu mengenai kemenangan hidupmu, Tuhan memulainya dengan “Demi masa, …”

Waktu adalah waktu, tetapi masa adalah waktu yang di dalamnya terjadi sesuatu.

Sehingga engkau hanya akan menjadi sesuatu, jika engkau mengisi waktu mu dengan menjadikan sesuatu.

Jika engkau ingin menjadi pribadi yang bernilai, maka isilah waktu mu dengan pekerjaan yang bernilai.

Jika engkau ingin menjadi pribadi yang hidupnya sejahtera, apakah yang kau lakukan dalam waktumu itu - yang membantu orang lain mencapai kesejahteraan mereka?

Jika engkau ingin menjadi pribadi yang bebas dari kesedihan, apakah yang kau isikan dalam waktumu sebagai pelayanan yang mengobati luka hati saudaramu yang belum mudah hidupnya?

Jika engkau demikian merindukan kebahagiaan, apakah yang kau lakukan dalam keseharianmu untuk membahagiakan jiwa-jiwa yang terdekat denganmu?


Adikku yang hatinya ranum bagi kemuliaan,

Agar engkau bisa disebut ADA dalam kehidupan ini, Tuhan memberi mu waktu.

Tetapi,

Jika engkau ingin bisa disebut HIDUP, engkau harus mengisi waktu mu dengan kehidupan.


Hidup ini untuk hidup.

Engkau disebut hidup, karena engkau tumbuh.

Jika engkau menolak untuk memperbarui diri, engkau tidak ada bedanya dengan mereka yang tidak tumbuh.

Dan orang yang tidak tumbuh, hanyalah sebetulnya menghabiskan waktu, dan yang tidak akan ada bedanya dia pernah ada atau tidak.


Adikku yang hatinya sangat baik,

Apakah engkau merasa Tuhan sedang menyentuh hatimu?

Apakah engkau merasa sedang disuruh mengerti sesuatu yang penting bagimu?

Apakah engkau merasa sedang dilembutkan hatimu?

Apakah engkau merasa ingin menyandarkan kepalamu dan menenggelamkan tubuhmu yang letih itu kedalam pelukan Tuhan yang sangat menyayangimu?

Apakah engkau ingin melaporkan semua kesulitan dan kesedihanmu kepada Tuhan?

Apakah engkau merasa bahwa - sekarang,
saat engkau menyebut nama Tuhan dengan penuh kasih,
engkau merasa panggilan mesra mu kepada Tuhan bergema lembut di dada mu - karena serasa wajah Tuhan berada sangat dekat dengan pipi mu,
dan karenanya udara yang kau hirup merasuki sukma mu beraroma kesurgaan yang lembut dan disucikan dengan kasih sayang-Nya.

Tidakkah engkau merasa bahwa engkau sangat disayangi Tuhan?

Maka menangislah dengan jujur.

Tuhan-mu mengetahui semua yang kau sembunyikan. Tuhan mengetahui bahkan pengakuan-pengakuan rahasia di hatimu bahwa engkau belum sepenuhnya berlaku sebaik yang diharapkan-Nya.

Tetapi, jika Tuhan bukan tempat mu untuk mencurahkan semua rahasia hatimu, dan bukan muara bagi semua penyesalanmu, untuk apakah Beliau diseru sebagai Tuhan Yang Maha Pemaaf?

Adikku, sekarang … cobalah untuk membuktikan sifat-sifat kemuliaan Tuhan yang sangat mengasihi mu itu, cobalah untuk mengakui semua kelalaian mu, termasuk semua kesengajaan mu dalam menelantarkan kebaikan bagi diri mu dan bagi mereka yang seharusnya kau bahagiakan.

Mengaku saja-lah.
Cobalah kesediaan Tuhan untuk mendengarkan mu.

Curahkanlah semua keluhan dan protes mu.
Cobalah kesediaan Tuhan untuk mengerti mu.

Meratap dan menangislah.
Cobalah keluasan dan kelembutan kasih sayang Tuhan kepada mu.

Mohon maaf dan mintalah ampunan.
Cobalah keikhlasan Tuhan untuk memaafkan mu.

Lalu, diam-lah …, menyerah-lah …, dan patuh-lah …

dan perlahan engkau akan merasa bahwa ada sesuatu yang menjadi lebih baik dalam diri mu.

Ada sesuatu yang membaik dalam pikiranmu, ada sesuatu yang membaik dalam hatimu, dan ada yang kau rasakan lebih baik dalam hidupmu.

Sambutlah perasaan kesurgaan itu dengan wajah terindah mu.

Tundukkanlah wajahmu dalam seindah-indahnya sujud.

Serahkanlah keseluruhan impian, keinginan, rencana, dan nafsu mu, … seluruhnya kepada Tuhan.

Serahkanlah semua keraguan dan ketakutanmu, … seluruhnya kepada Tuhan.

Jika Tuhan berbahagia dengan ketulusan penyerahan dirimu, apakah yang tidak akan dilakukan-Nya untukmu?

Jika engkau sepenuhnya berserah kepada Tuhan, Dia akan mencukupkan sekecil-kecilnya kemampuanmu, untuk mencapai sebesar-besarnya impianmu.

Jika engkau ikhlas hanya berharap kepada Tuhan, Dia akan mencukupkan satu hari bagimu, untuk mencapai hasil dari perniagaan yang dikerjakan oleh 1000 orang dalam 1000 hari.

Adikku yang sangat cerdas pikirannya dan yang sangat lembut hatinya,

Jika engkau mengharapkan kesejahteraan, mengapakah engkau tidak merindukan waktu-waktu dalam hari mu saat engkau bermanja-manja dengan Tuhan yang tidak terbatas kekayaan-Nya?

Jika engkau merindukan kebahagiaan, mengapakah engkau tidak sering-sering berbincang dengan Tuhan yang tidak terbatas kasih sayang-Nya?

Jika engkau menginginkan kehidupan yang indah, mengapakah engkau tidak menyediakan diri dan perilaku mu sebagai pemandangan yang indah bagi Tuhan Yang Maha Melihat?

Jika engkau ingin dipercayai untuk memimpin dengan kebesaran dan kemuliaan, mengapakah engkau tidak memulai untuk menjadi pribadi yang bisa dipercaya dan amanah dalam pekerjaanmu hari ini?

Mulailah menjadi pribadi dengan kualitas yang kau impikan itu.

Ingatlah ini, adikku yang sedang disiapkan bagi kebesaran, bahwa

Penyesalan-penyesalan besar dalam hidupmu, bukanlah karena engkau lambat menyelesaikan, tetapi karena engkau lambat memulai.

Karena hidup ini adalah terutama tentang kebaikan hidupmu, bersegeralah dalam kebaikan.

Dan itu semua, karena engkau sangat disayangi Tuhan.

………..

Sahabat Indonesia yang super,

Marilah kita menjadi pribadi-pribadi baik yang bekerja keras membangun kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga kita.

Marilah kita saling ikhlas bekerja membantu penyejahteraan saudara-saudara kita yang masih lemah dan kekurangan, dan yang masih rentan diperlakukan tidak adil.

Kita tidak mungkin melihat Indonesia menjadi negara yang damai dan sejahtera, jika bukan kita yang bekerja keras untuk menjadikan bangsa kita bangsa yang jujur.

Dari pribadi-pribadi jujur-lah terbangun masyarakat yang jujur, dan dari masyarakat yang jujur inilah nanti terpilih para pemimpin yang amanah.

Janganlah menunggu dipimpin untuk memajukan kebaikan dan mencegah terjadinya keburukan. Perintah untuk itu ditujukan kepada setiap jiwa kita, agar kita menjadi pemimpin yang memuliakan diri dan keluarga kita terlebih dahulu.

Karena,

Tidak ada keberhasilan yang utuh tanpa kebahagiaan keluarga.

Mudah-mudahan Tuhan menguatkan kita untuk mencapai sebesar-besarnya impian kita bagi kemuliaan kehidupan kita bersama.

Marilah kita tetap bersaudara dan bersahabat dalam kebenaran dan kesabaran.

Mohon disampaikan salam sayang untuk keluarga Anda tercinta, dari Ibu Linna dan saya.

Terima kasih atas ijin untuk melayani Anda.

Loving you all as always,

Mario Teguh


Tidak ada komentar:

Posting Komentar