Apa jadinya jika hobi atau kesenangan kita terganggu? Pastinya, kita akan merasa kurang nyaman. Atau, bahkan kita jadi jengkel karena hal tersebut. Namun, di tangan orang kreatif, jika kesenangan mendapat halangan, rupanya justru bisa berujung pada temuan yang bisa bermanfaat bagi banyak orang.
Proses kreatif akibat kekesalan karena kesenangan terganggu dialami oleh sosok bernama James T. Russell. Ilmuwan yang sudah akrab dengan aneka barang elektronik sejak usia enam tahun ini suatu kali merasa jengkel karena hobinya mendengarkan musik terganggu. Pertama, ia merasa terganggu karena kualitas suara yang dihasilkan media pemutar musiknya kala itu dirasa kurang enak di telinga. Kedua, seringkali alat pemutar musik, yang kala itu masih menggunakan semacam stylus atau jarum, seperti yang dipakai pada piringan hitam, membuat musiknya seringkali meloncat-loncat. Maka, bukannya santai menikmati musik, malah ketidaknyamanan yang ia dapati.
Mengalami hal ini, James yang memang seorang penemu, mencoba mencari cara bagaimana membuat media musik yang lebih nyaman. Dan, tentunya, ia pun berharap, bisa menghasilkan kualitas suaranya lebih jernih. Maka, ia pun berkutat di laboratorium tempatnya bekerja di Pacific Northwest Laboratory di Richland, Washington.
Saat itu, ia mengotak-atik sistem kerja berdasar optik yang bekerja dengan sistem pencahayaan. Data dikenali dengan sistem binari 0 dan 1 yang dikombinasikan dengan sistem terang dan gelap. Berkali-kali ia mencoba. Berkali-kali pula James mengalami hambatan. Namun, demi mendapatkan apa yang dia inginkan, ia terus mencoba dan mencoba lagi.
Beberapa tahun kemudian, di akhir tahun 1960-an, akhirnya ia bisa memformulasikan sistem yang akhirnya menjadi rekaman digital optikal yang pertama. Ia pun mematenkan karyanya tersebut pada sekitar tahun 1970. Tapi, tak berhenti di situ. Sebagai penemu, ia terus ingin menyempurnakan karyanya itu. Tak kurang 26 paten sebagai bentuk penyempurnaan CD pertama itu diterimanya hingga tahun 1985.
Di tangan orang yang kreatif dan mau bekerja keras, sebuah masalah ternyata justru mampu menjadi karya yang bermanfaat bagi banyak orang. Kalau sudah begini, hadirnya masalah bukan jadi musibah, namun justru menjelma jadi berkah.
Sumber
Proses kreatif akibat kekesalan karena kesenangan terganggu dialami oleh sosok bernama James T. Russell. Ilmuwan yang sudah akrab dengan aneka barang elektronik sejak usia enam tahun ini suatu kali merasa jengkel karena hobinya mendengarkan musik terganggu. Pertama, ia merasa terganggu karena kualitas suara yang dihasilkan media pemutar musiknya kala itu dirasa kurang enak di telinga. Kedua, seringkali alat pemutar musik, yang kala itu masih menggunakan semacam stylus atau jarum, seperti yang dipakai pada piringan hitam, membuat musiknya seringkali meloncat-loncat. Maka, bukannya santai menikmati musik, malah ketidaknyamanan yang ia dapati.
Mengalami hal ini, James yang memang seorang penemu, mencoba mencari cara bagaimana membuat media musik yang lebih nyaman. Dan, tentunya, ia pun berharap, bisa menghasilkan kualitas suaranya lebih jernih. Maka, ia pun berkutat di laboratorium tempatnya bekerja di Pacific Northwest Laboratory di Richland, Washington.
Saat itu, ia mengotak-atik sistem kerja berdasar optik yang bekerja dengan sistem pencahayaan. Data dikenali dengan sistem binari 0 dan 1 yang dikombinasikan dengan sistem terang dan gelap. Berkali-kali ia mencoba. Berkali-kali pula James mengalami hambatan. Namun, demi mendapatkan apa yang dia inginkan, ia terus mencoba dan mencoba lagi.
Beberapa tahun kemudian, di akhir tahun 1960-an, akhirnya ia bisa memformulasikan sistem yang akhirnya menjadi rekaman digital optikal yang pertama. Ia pun mematenkan karyanya tersebut pada sekitar tahun 1970. Tapi, tak berhenti di situ. Sebagai penemu, ia terus ingin menyempurnakan karyanya itu. Tak kurang 26 paten sebagai bentuk penyempurnaan CD pertama itu diterimanya hingga tahun 1985.
Di tangan orang yang kreatif dan mau bekerja keras, sebuah masalah ternyata justru mampu menjadi karya yang bermanfaat bagi banyak orang. Kalau sudah begini, hadirnya masalah bukan jadi musibah, namun justru menjelma jadi berkah.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar